Kisah Ambun dan Rimbun ( Cerita dari Kalimantan Barat )
Ambun dan Rimbun adalah kakak beradik yang pergi merantau untuk memperbaiki hidup mereka. Dengan berat hati, mereka harus meninggalkan ibu mereka sendirian di sebuah kampung di Kalimantan Tengah. Sang ibu membekali mereka dua bilah dohong ( keris pusaka ) peninggalan suaminya. Satu Keris di lilit dengan kain kuning dan di berikan kepada Rimbun.
Dalam perjalanan, Rimbun jatuh sakit karena kelelahan hingga akhirnya meninggal dunia. Dengan perasaan sedih, Ambun menguburkan jasad adiknya. Dohong milik Rimbun di tancapkan di baagian kepala di kuburnya, sedangkan kain kuning pembungkus dohong di lilitkan di nisan adiknya.
Ambun pun melanjutkan perjalanan menembus hutan lebat. Bekal makanan, dari ibunya telah habis. Akhirnya di sebuah rumah yang di huni oleh seorang perempuan tua. Ambun menumpang tinggal di sana sambil membantu sang Nenek Ambun sangat santun dan rajin sehingga sang Nenek sangat sayang padanya.
Suatu hari, si Nenek bercerita pada Ambun siapa dirinya sebenarnya. Si Nenek adalah keluarga Kerajaan sang Sambaratih. Ia di usir dari istana karena menikah dengan rakyat biasa. Meskipun tinggal terasing beberapa keluarga Kerajaan masih sangat memperhatikanya dan membawakan makanan.
Pada suatu ketika, utusan istana datang membawakan makanan untuk si Nenek dan menceritakan bahwa Raja sedang mengadakn sayembara memetik bunaga melati. Siapa saja yang bisa melompat dari halaman, sampai Ke istana untuk memetik bunga melati dan memberikannya kepada putri raja, ia akan di jadikan menantu raja . Kalau gagal, ia akan mendapat hukuman.
Ambun berniat mengikuti sayembara tersebut, Bersama si Nenek berangkatlah ia Ke istana.
Ketika Ambun memasuki arena sayembara, penonton berteriak - teriak mengejeknya Namun, Ambun tetap tenang dan mulai berdoa dalam hati, Pemuda ini pun mengambil ancang - ancang. Dengan suara yang keras dan lantang, ia menyebut nama almarhum ayahnya dan mencabut dohong yang terselip di pinggangnya.
Ajaibnya, Ambun bisa dengan mudah melompat dari halaman istana menuju atap istana lalu, ia memberikan bunga melati itu kepada sang putri.
Ratyat bertepuk tangan dan memberi pujian. Raja pun berdiri memberikan tepuk tangan dengan penuh kekaguman. Ia menikahkan Ambun dengan putrinya dan menyerahkan kekuasannya kepada Ambun karena ia sudah tua.
Setelah menjadi Raja, Ambun menjemput ibunya, lalu ia mengajak sang Ibu mencari makam Rimbun yanag mereka sayangi di hutan. Setelah menemukan makam Rimbun, Ambun memerintahkan pengawalnya untuk menggali makam tersebut dan memerintahkan sebagian yang lain untuk mencari Danum Kaharingan Belom ( Air Kehidupan ) di Bukit Kamiting.
Laki- laki itu meneteskan air kehidupan tersebut di tulang - belulang adiknya. Tak lama kemudian, secara ajaib tulang belulang tersebut menyatu sendiri. Akhirnya Rimbun hidup kembali, Mereka hidup bahagia, Ambun memimpin Kerajaan dengan Bijaksana
KEMBALI KE CERITA DARI KALIMANTAN BARAT
KEMBALI KE CERITA DARI KALIMANTAN BARAT