Kisah Ular N' Daung ( Cerita Dari Bengkulu )
ULAR N' DAUNG
Pada Zaman dahulu, di sebuah desa di kaki bukit, hiduplah seorang ibu dengan tiga orang anak gadisnya, Anak yang pertama dan kedua suka berdandan dan malas bekerja, Hanya si bungsu yang selalu rajin membanti ibunya. Ia cantik dan suka menolong siapa saja.
Suatu hari, ibunya sakit keras dan tidak bisa berkerja. Si bungsu menggantikan ibunya bekerja mencari uang untuk makan. Ia meminta kakak - kakaknya menjaga ibunya yang sakit Namun, kedua kakaknya tidak merawat ibu mereka dengan baik. Mereka suka memaki dan kasar pada ibunya Si bungsu merasa sangat sedih.
Menurut tabib, ibunya dapat di sembuhkan dengan daun - daun hutan yang di bakar dengan bara ajaib dari puncak gunung Konon, bara itu di jagai oleh seekor ular goib yaitu ular N'Daung. Ular ini sangat buas dan suka memakan manusia.
Melihat kondisi ibunya yang mengkawatirkan, si bungsu nekat untuk mencari bara goib tersebut. Setelah melewati medan yang sulit, sampailah ia di puncak gunung, Tempat tersebut terasa gelap karena sinar matahari tertutup daun - daun yang rimbun.
Tiba - tiba terdengar suara gemuruh dan berdesis. Seekor ular raksasa muncul di hadapannya. Si bungsu yakin itulah Ular N.Daung yang ganas itu. Meskipun ketakutan, si bungsu memberanikan diri berbicara pada ular tersebut.
Ular itu bersedia memberikan bara tapi dengan syarat sang putri harus mau tinggal di gua dan menikah denganya.
Demi kesembuhan ibunya, si bungsu menerima syarat tersebut.
Ular itu pun memberikan bara goib kepada si bungsu. Si Bungsu berjanji akan kembali setelah membuatkan obat untuk ibunya.
Si Bungsu memenuhi janjinya untuk kembali, Namun Ia sangat terkejut saat melihat ular itu berubah wujud menjadi ular oleh pamanya yanag serakah. Ia hanya bisa berubah jadi manusia pada malam hari. Ia bercerita kepada si bungsu bahwa ia berniat merebut kembali kerajaanya.
Ibu si bungsu telah sembuh kedua kakak si bungsu merasa curiga atas kepergian adik mereka ke puncak gunung. Mereka pun pergi menyelidiki dan sampai pada malam hari di gua.
Mereka sangat terkejut melihat si bungsu sedang duduk dengan seorang pemuda yang sangat tanpan. Mereka ini kepada adiknya. Mereka menunggu di gua itu dan mengetaui bahwa sang pemuda adalah jelmaan ular. Diam - diam, mereka mengambil kulit ular itu dan membakarnya. Mereka berharap pemuda itu akan marah dan mengusir si Bungsu.
Keseokan paginya, pangeran tersebut justru mengucapkan terima kasih kepada si Bungsu, Dia mengatakan bahwa sihir itu hanya akan hilang jika ada seseorang yanag denga sukarela membakar kulit ular itu.
Pangeran Abdul Rahman Alamsyah pun mengajak si Bungsu ke istananya. Mereka berhasil merebut kerajaan dari tangan pamanya. Ia mengajak ibu dan kakak- kakak si Bungsu untuk tinggal bersama. mereka pun hidup bahagia selamanya.
KEMBALI KE CERITA DARI BENGKULU