Kisah Asal Usul Pulau Senua ( Cerita dari Kepulauan Riau )

,



Di kepulauan Natuna, ada sepasang suami, istri, yaitu Baitusem, dan Mai Lamah, Suatu hari mereka merantau ke Pulau, Bunguran, agar bisa hidup lebih baik.

Di Pulau Bungunan, mereka hidup berbahagia, Para  tetangga pun menyukai merka, Mak semah, seorang bidan kampung yang bik hati, pun bersedia menolong jika mereka sakit kapan pun juga.

Suatu hari Baitusem menemukan sebuah lubuk teripang binanatang laut yang mahal harganya jika di keringkan dan di jual . Baitusan dan istrinya pun menjadi saudagar teripang yang kaya raya. Kehidupan yang mewah mengubah sifat Mai LKamah. Ia menjadi sombong dan pelit. Permpuan ini pun tidak agi bergaul dengan para tetangganya yang miskin.

Suatu hari, Mak Semah datang untuk meminjam beras, Mai Lamah membentaknya dan mengungkit utang - utang perempuan itu. Mak Semah sangat sedih mendengar kata - kata Mai Lamah. Sejak itu para tetangga menjauhi Mai Lamah.

Suatu hari, tibalah saatnya Mai Lamah  melahirkan Mak Bidan dari kampung seberang belum juga datang. Akhirnya, Baitsan mencoba meminta bantuan kepada Mak Semah dan tetangga laianya, Namun , tak seorangpun mau menolong karena mereka pernah di sakiti hatinya oleh Mai Lamah.

Akhirnya, Baitusen membawa Mai Lamah ke pulau seberang untuk menemui Bidan. Mereka akan menggunakan perahu. Mai Lamah meminta suaminya membawa peti emas dan perak ke dalam perahu.




Baitusem  menuruti keinginan itrinya. Mereka membawa peti perhiasan, lalu menjalankan perahu itu, Teryata semakin ketengah, gelombang di laut semakin besar air masuk ke perahu. Lama - kelamaan, muatan perahu semakin berat. Akhirnya perahu tenggelam bersama seluruh perhiasan peti emas dan perak yang mereka bawa.

Baitusem dan istrinya berusaha menyelamatkan diri Mai Lamah berpegangan pada tali pinggang suaminya. Mereka berusaha berenang ke tepian di tengah gelombang arus laut besar. tubuh Mai Lamah timbul tenggelam. Badanya berat karena sedang mengandung dan juga karena perhiasan yang ia pakai, Akhirnya mereka berhasil sampai di panatai Pulau Bungunan Timur.

Saat Mai Lamah yang sombong dan kikir menginjakkan kaki di pualu itu, tiba - tiba guntur menggelegar. Tampaknya, tanah Bungunan tidak mau   menerima kedatangan perempuan itu. Tiba - tiba Mai Lamah berubah menjadi sebongkah Batu besar dalam keadaan mengandung. Lama - kelamaan, batu besar itu berubah menjadi sebuah pulau.

Masyarakat sekitar menamai pulau tersebut dengan Pulau Sanua, Menurut bahasa setempat arti kata " Senua " adaah berbadan dua atau megandung. Emas dan perak yang melilit di tubuh Mai Lamah berubah menjadi burung walet. Pulau ini terletak di ujung Tanjung Senubing Bunguran Timur

Samapi kini, Pulau Bunguran terkenal dengan sarang burung walet.