Kisah Asal Usul Pohon Enau ( Cerita dari Nusa Tenggara Barat )

,



Dahulu kala, hiduplah seorang anak perempuan bernama Dedara Nunggal, Ayah ibunya sudah bercerai, Dedara tinggal dengan ayah kandungnya tapi, sayangnya, Dedara Nunggal tidak bisa hidup rukun dengan ibu tirinya. Apa pun yang di kerjakannya selalu salah di mata ibu tirinya sehinga mereka sering bertengkar dan membuat ayahnya kesal.
Sang ayah menyuruhnya untuk tinggal dengan ibu kandungnya. Sayangnya ketika Dedara Nunggal mendatangi ibunya tidak mau menerimanya," Karena itu ia pun kembali kepada ayahnya. Ayahnya itu juga bilang ia harus meminta izin istrinya juga. Teryata ibu tirinya tidak mau menerima anaknya itu.
Dengan perasaan sangat kecewa Dedara meninggalkan rumahnya. Ia melangkah tak tentu arah, Ia menyusuri Sungai Jongkok, Samapi akhirnya ia sampai di sebuah abatu besar di sungai tersebut. Dedara duduk termenung di situ , Ia sedih karena ayah dan ibunya tidak menerimanya lalu, ia terjun ke sungai.
Saat seluruh tubuhnya tenggelam tiba-tiba ia berubah menjadi sebatang pohon, lengkap dengan pucuk dan akarnya.Pohon itu hanyut ke hilir. Seorang pemuda yanag sedang mandi di hilir tiba - tiba terkejut ketika ada sebatang pohon mengenai tubuhnya.
Tiba-tiba, pohon itu bersuara," Pemuda yang baik, tolonglah aku, Jangan takut, " Aku adalah pohon yang mengenai tubuhmu,Kalau kau menolongku, aku akan membalas budimu, kata pohon itu , lalu, Dedana Nunggal menceritakan kisahnya yang malang kepada pemuda itu.
Pemuda yang bernama Teruna Nunggal itu pun, membawa pohon tersebut ke pinggir sungai dan menanamnya di situ. " Bagaimana kau bisa berguna untuk orang lain?' kata Teuna.
"Nanti, setelah bungaku muncul, panjatlah batangku dan ayunkanlah bungaku, itu, Selanjutnya, pukulah batang bungaku dengan pelepah batang kelapa serta bacalah mantera ini, O' Meme, O, bapa... Anta gini anta gina... Lilir ambika..., Belang pianake mayusu, anee madan, Mas Sundari Muncar...'kata pohonn itu ,( O, ibu, o, ayah, Anta Gini, Anta Gina,''' Lilir Abika.. Biarlah anakmu menyusu... yang bernama Mas Sundari Muncar )., lalu  selipkanlah pemukul itu di antara batang bungaku dengan badanku, Itulah yag harus kau lakukan agar bungaku bisa meberikan air lebih banyak. Jika bungaku mekar, potonglah, Pada saat bungaku sudah mulai, mengalirkan air sebutlah namaku dengan sebutan Sundari Bungkah setiap kau hendak memanjat batangku, Setelah bungaku di potong aku berganti nama menjadi Sundari Bungkah, Jika engkau sudah memanjat, jangan lupa untuk menyuntingkan lidi ijuk agar aku tidak terkejut.
Teruna Nunggal mendengarkan penjelasan Dedana Nunggal dengan saksama,
Airku bisa kalian gunakan sebagi gula, dan dapat juga kalian minum seketika karena rasanya manis. Bisa juga kau jadikan minuman dengan merendam akar kayu bajur di dalamnya. Ketika rasa air itu tak lagi terasa manis dan berubah warna, menjadi kemerah-merahan, air itu bisa kamu minum, Tetapi berhati hatilah, jangan melampui batas, Jika melewati batas, ia bisa menyebabkan mabuk dan lupa pada kebenaran.
Sejak saat itu Dedana Nunggal yang telah menjelma menjadi pohon dapat di mampaatkan oleh manusia, menjadi gula ataupun tuak. Saat ini, pohon  tersebut juga di jadikan sebagai sundari bungkah atau yang lazim di sebut dengan nama pohon Enau.