Kisah Si Lancang ( Cerita dari Kepulauan Riau )
Si lancang adalah nama seorang anak laki - laki yang tinggal di Desa Kampar, Ia tinggal bersama ibunua yang di panngilnya Emak. Hidup mereka bergatung dari menggarap ladang orang dan meggembalakan ternak tetangganya.
Pada suatu saat, Si Lancang berniat merantau ke negeri orang Meski berat, akhirnya Emak mengizinkannya, asalkan si lancang pulau kembali menengok sang ibu. lancang menyakinkan ibunya bahwa ia akan kembli.
keseokan harinya Lancang pergi meninggalkan kampungnya. bertahun - tahun kemudian di tanah ranatu, Lancang berhasil menjadi orang yang Kaya raya. Ia memiliki istri yang cantik, ratusan anak buah, dan puluhan kapal dagang. Emaknya di kampung masih hidup penuh kesulitan dan tinggal seorang diri.
Suatu hari, Lancang pergi berlayar bersama istrinya ke Pulau Andalas. Istinya membawa serta perhiasan - perhiasan, kain sutra serta makanan minuman yang sangat banyak kapal mereka merapat di sungai Kampar. Berita itu sampai kepada Emak si Lancang yang sedang sakit. Dengan susah payah, si Emak berusaha datang dan menaiki Kapal tersebut untuk bertemu dengan anaknya.
Namun, ia sudah di halangi oleh tiga orang anaka buah si Lancang Si Emak mengatakan bahwa ia adalah ibu si Lancang.
Manalah mungkin emakku perempuan tua miskin seperti kamu, teriak si Lancang Usir perempuan gila ini dari kapalku.
Sepanjang jalan menuju gubuknya, si Emak menangis. Ia tidak menyangka si Lancang akan setega itu. Kemudian si Emak memohon dengan khusuk kepada Yang Maha Kuasa agar memberikan pelajaran bagi putranya yang durhaka itu.
Tiba - tiba angin topan berembus dengan dahsyat. Petir menggeegar dan menyambar kapal si Lancang Gelombang besar sungai Kampar menghantam kapal si Lancang hingga hancur lebur. Sayup- sayub, terdengar teriakan si Lancang di tengah topan Badai, Emaaaak... anakmu pulang, Mak, Maafkan Lancang Maaak.
Tuhan Mahakuasa berkehendak lain. Malapetaka tak lagi dapat di hindari. Si Lancang berserta istri dan anak buahnya tenggelam bersama- sama kapalnya yang megah itu
Benda - benda yang ada di kapal si Lancang berhamburan keluar di hempas badai. Kain sutra milik istri si lancang melayang - layang, berlipat dan bertumpuk menjadi Negeri Lipat Kain, yang letaknya di Kampar Kiri, Sebuah gong besar terlempar dan jatuh dekat gubuk Emak si Lancang di Rumbia berubah menjadi Sungai Ogong di Kampar Kanan. Tembikar - tembikar pecah menjadi Pasuilah dan letaknya dekat sekali dengan danau yang dinamakan Danau si Lancang.
Di Danau si Lancang tersisa tegak bendera kapal si Lancang, Jika bendera itu muncul di permukaan, hal itu pertanda akan terjadi banjir di Sungai Kampar konon, banjin itu adalah air mata si Lancang yang menyesali perbuatanya yang durhaka kepada Ibunya. Kabupaten Kampar merupakan salah satu dari Provinsi Raiu yang Rawan Banjir.