Kisah Mak Isun Dan Beruk ( Cerita dari Sumatra Barat )
MAK ISUN DAN BERUK
Pada zaman dahulu, di sebuah desa di Payakumbuh, Sumatra Barat, hiduplah seorang laki - laki yang di panggil Mak Isun. Mak Isun bekerja sebagai kusir bendi milik majikannya.
Setiap hari, ia mendapatkan upah dari hasil menarik bendi, Ia rajin merawat bendi dan kudanya agar selalu terlihat bersih dan kudanya selalu sehat. Ia juga rajin menabung.
Suatu hari, pemilik bendinya meninggal dunia. Mak Isun membeli bendi dan kuda tuanya itu. Sekarang ia jadi pemilik bendi sehingga bisa menabung lebih banyak
Semakin lama, Mak Isun semakin kaya dan di sebut orang sebagai juragan bendi. Ia menugaskan kepada anak buahnya untuk selalu membersihkan bendi dan merawat kuda - kudanya dengan baik sehingga penumpang merasa nyaman, Meski telah kaya raya, Kebiasaanya menabung tidak pernah berubah. Ia juga terus memutar otak untuk dapat tersus menambah kekayaanya.
Suatu hari, lewatlah seorang tukang beruk bernama Pak sole di depan rumahnya. Di kampung tempat Mak Isun tinggal, hampir semua penduduk memiliki pohon kelapa karena itu, mereka selalu membutuhkan beruk untuk memetik kelapa.
Dari Pak Sole, Mak isun tahu penghasilan dari beruk lumayan banyak. Kebetulan majikan Pak Sole sedang menjual beruknya. Mak Isun pun membeli semua beruk tersebut. Ia menyewakan beruk - beruk itu dan mewajibkan penyewa beruknya untuk menjual kelapa yang jadi uapah mereka kepadanya. Mak Isun pun di kenal sebagai juragan bendi serta satu -satunya juragan beruk dan jurgan kelapa.
Suatu ketika, harga kelapa melonjak naik, Mak Isun menaikkan upah sewa beruknya.
Para tukang beruk tidak menyetujui keputusan Mak Isun karena akan memberatkan warga, Namun Mak Isun tetap pada keputusannya.
Malam harinya, para tukang beruk itu berkumpul Mereka mencari cara agar Mak Isun membatalkan niatnya.
Keesokan paginya, Mak Isun bangun dengan riang gembira seperti biasanya. Ia membuka jendela untuk membiarkan sinar matahari masuk
Betapa terkejutnya ia ketika membuka jendela, sekawanan beruk bertengger dan menyeringai kepadanya, Ia menjerit dan berlari keluar kamar menuju pintu depan, Namun, ia kembali menjerit karena sekelompok beruk yang lain juga menghadang dan menyeringat kepadanya.
Mak Isun menjerit - jerit dan berlari ke pintu belakang. Di sana, dua ekor beruk juga sudah menunggu dan mencibir kepadannya. begitu juga ketika ia membuka jendela samping rumah.
Tolooooong, Toloooong, Kenapa beruk - beruk itu mengepung rumahnya dan juga melukainya. Ia telah memaksakan kehendaknya untuk menaikkan upah beruk kepada warga.
Ia pun meminta maaf kepada warga dan semua tukang beruknya dan berjanji tidak akan menaikkan upah beruk.
KEMBALI KE CERITA DARI SUMATRA BARAT