Kisah Tukang Taking ( Cerita dari Kalimantan Tengah )
Tukang Taking Adalah Nama seorang anak yatim piatu yang hidup bersama neneknya. Sang Nenek sangat sayang pada cucunya ini, Suatu Ketika, Tukang Taking menderita penyakit aneh, Seluruh tubuhnya terkelupas dan luka seperti tersiram air panan, Lama- kelamaan Luka- luka tersebut menyebarkan bau busuk sehingga tak ada orang kampung yang mendekatinya..Tukang Taking juga tidak bisa berjalan dan bergerak dengan bebas, Untuk makan, mimun, dan mandipun , ia harus di bantu, sang nenek. Berbagai
macam obat yang di coba tak memberikan hasil.
"Nak, Kenapa derita ini tak juga berahir, Apa dosa kita Nek, ? tanya Tukang Taking kepada Neneknya.
"Cucuku, Nenek tidak tau harus menjawab apa, tetapi apapun yang terjadi adalah kehendak sang Pencipata, Kita harus tawakal sebagai manusia," Jawab sang Nenek dengan bijak
Suatu hari sang Nenek menderita sakit, lalu meninggal dunia, Tukang Taking bingung memikirkan bagaimana mengurus jenasah neneknya, Ia berdoa Kepada Tuhan agar di tunjukkan jalan, Doanya di kabulkan, penduduk kampung Akhirnya mengurus pemakaman neneknya.Setelah pemakaman neneknya, Tukang Taking berusaha mengurus dirinya sendiri. Suatu pagi , Ketika sedang duduk - duduk , Tukang Taking mendengar sebuah suara yang memintanya menyumpitnya, Teryata itu adalah suara burung Punai, Burung itu memberi tahu bahwa di atas loteng ada sumpit. Tukang Taking bersusah payah menuju loteng dan menemukan sebuah sumpit. Tukang Taking meniup sumpitnya hingga burung punai hingga jatuh ke Tanah dan mati.
Saat menyembah burung, ada kejadian. Darah burung itu berubah menjadi batu-batu intan dan permata. Daging burung itu menyembuhkan penyakit Tukang Taking. Ia mensyukuri anugrah, Tuhan kepadanya, Neneknya benar, bahwa kita harus sabar, dalam menghadapi penderitaan. Penderitaan pasti ada akhirnya.
Tukang Taking pun merantau ke Ibu Kota kerajaan, Dengan hasil menjual intan permata, ia membeli sebuah rumah dan memulai hidup baru di sana. Ia hidup berkecukupan selama bertahun- tahun.
Cerita tentang kehidupan Tukabg Taking sampai ke telinga Raja. Raja mengundangnya ke Istana, Teryata, di ketaui bahwa Tukang Taking masih keturunan Kerajaan. Raja adalah paman, Tukang Taking, adik kandung Raja. Dahulu Ibu Tukang Taking di usir dari Istana karena menikah dengan rakyat biasa. Nenek Tukang Taking merasa sangat kasihan, kepada anak perempuan satu -satunya sehingga menemaninya. Tak ada yang tahu kemana mereka pergi.
Tukang Taking merasa terharu mendengar cerita sang Raja. Raja pun sangat gembira akhirnya bertemu dengan keponakanya.
Raja meminta, Tukang Taking menikah dengan putrinya, 'Kerajaan akhirnya di bagi menjadi dua bagian Tukang Taking memimpin di satu bagian.
Tukang Taking yang berbudi pekerti luhur dan rendah hati itu memimpin rakyatnya dengan adil bijaksana.
KEMBALI KE KUMPULAN CERITA DARI KALIMANTAN TENGAH
Saat menyembah burung, ada kejadian. Darah burung itu berubah menjadi batu-batu intan dan permata. Daging burung itu menyembuhkan penyakit Tukang Taking. Ia mensyukuri anugrah, Tuhan kepadanya, Neneknya benar, bahwa kita harus sabar, dalam menghadapi penderitaan. Penderitaan pasti ada akhirnya.
Tukang Taking pun merantau ke Ibu Kota kerajaan, Dengan hasil menjual intan permata, ia membeli sebuah rumah dan memulai hidup baru di sana. Ia hidup berkecukupan selama bertahun- tahun.
Cerita tentang kehidupan Tukabg Taking sampai ke telinga Raja. Raja mengundangnya ke Istana, Teryata, di ketaui bahwa Tukang Taking masih keturunan Kerajaan. Raja adalah paman, Tukang Taking, adik kandung Raja. Dahulu Ibu Tukang Taking di usir dari Istana karena menikah dengan rakyat biasa. Nenek Tukang Taking merasa sangat kasihan, kepada anak perempuan satu -satunya sehingga menemaninya. Tak ada yang tahu kemana mereka pergi.
Tukang Taking merasa terharu mendengar cerita sang Raja. Raja pun sangat gembira akhirnya bertemu dengan keponakanya.
Raja meminta, Tukang Taking menikah dengan putrinya, 'Kerajaan akhirnya di bagi menjadi dua bagian Tukang Taking memimpin di satu bagian.
Tukang Taking yang berbudi pekerti luhur dan rendah hati itu memimpin rakyatnya dengan adil bijaksana.
KEMBALI KE KUMPULAN CERITA DARI KALIMANTAN TENGAH